courtesy of CNN |
Lebih dari 76 jam setelah gempa yang menghancurkan selatan Turki pada hari Senin, tiga pria muncul hidup dan selamat dari reruntuhan di kota Gaziantep setelah kerabat dan tetangga yang panik bergabung dalam operasi penyelamatan untuk menyelamatkan mereka.
Mithat Tabur, dan putranya Ersin, 30, dan Mustafa, 26, diselamatkan dari reruntuhan bangunan apartemen delapan lantai di lingkungan Ibrahimli kota setelah tim pencari menemukan mereka di apa yang tersisa dari ruang tamu mereka.
Istri Tabur, Ayer, ditemukan di dapur tanpa detak jantung. Tim penyelamat sekarang sedang berusaha mengangkat jenazahnya dari bawah reruntuhan. Lebih dari 100 orang tinggal di bangunan mereka dan sekitar seperempat dari warga selamat.
Omer Kocok, seorang kerabat Tabur, mengatakan kepada CNN awal Rabu bahwa sepupunya bisa berkomunikasi dengan tim penyelamat melalui panggilan telepon seluler, memberikan tanda-tanda kehidupan.
"Ersin adalah orang yang memanggil kami untuk meminta bantuan," ujar Omer kepada CNN.
Omer rela berpartisipasi dalam proses penggalian, membantu pekerja penyelamat dalam pekerjaan memindahkan reruntuhan yang sangat sulit.
Teman sekolah Mustafa, guru bahasa Inggris Alptekin Talanci, mengatakan bahwa Mustafa bekerja sebagai insinyur sipil untuk pemerintah setempat.
Reporter CNN bertemu Talanci di luar bangunan yang runtuh, dimana ia telah menunggu di cuaca dingin selama dua hari, berharap temannya akan selamat. Pada hari gempa terjadi, Talanci mengatakan bahwa sedang salju dan ia pergi bersama Mustafa untuk menonton film di bioskop.
Pada akhirnya, dia bilang padaku bahwa dia perlu pulang karena mereka mungkin memanggilnya untuk menyapu dan membersihkan jalan. Tepat setelah itu, gempa bumi terjadi, dan aku mencoba untuk meneleponnya tetapi tidak bisa menerima sinyal. Pagi itu, aku mendengar bahwa bangunannya runtuh... aku datang ke sini dan melihat reruntuhan dan tiba-tiba aku mulai menangis. Sejak saat itu, aku ada di sini, menunggu suara apapun, bantuan apapun," katanya.
Talanci menceritakan bagaimana putra-putra Tabur dan ayah mereka pada latihan di Ersin sebagai paramedis.
"Dia tahu bagaimana bertahan jika situasi seperti ini terjadi. Dia juga bernasib baik membawa teleponnya," kata Talanci.
Lebih dari 21.000 orang meninggal di kedua negara dan pekerja penyelamat sekarang sedang berlomba melawan waktu untuk menyelamatkan korban dari reruntuhan bangunan yang runtuh dalam cuaca dingin musim salju. Menurut pihak berwenang, setidaknya 78.124 orang terluka di Turki dan Suriah.
Sumber : CNN
0 komentar:
Posting Komentar