wartaperang - Menteri Pertahanan AS mengatakan serangan terhadap Raqqa akan dimulai "dalam beberapa minggu ke depan" dimana Amerika berusaha untuk merebut ibukota Negara Islam (ISIS/IS/ISIL) di Irak dan Suriah hampir bersamaan.
Sebelum pasukan Irak dan penyokong mereka di AS menginjakkan kaki di Mosul, AS dan sekutunya telah memulai persiapan dalam waktu dekat untuk merebut kota Suriah Raqqa dari Negara Islam, keputusan penting yang bertujuan menghancurkan apa yang tersisa dari Kekhalifahan Islam.
Meskipun pejabat pertahanan senior AS dan pejabat militer bersikeras bahwa operasi "tumpang tindih" untuk merebut kedua kota dari ISIS selalu sudah direncanakan, persiapan untuk merebut Raqqa dilanjutkan dengan "urgensi", komandan AS di Irak mengatakan pada hari Rabu. Hal itu dilakukan karena ancaman yang nyata dari pembalasan ISIS di luar Timur Tengah.
Meskipun demikian, para pejabat militer AS yang berencana menyerang Raqqa belum menyelesaikan komplikasi geopolitik yang terjadi dalam koalisi mereka sendiri, terutama yang melibatkan kekuatan Kurdi yang telah diandalkan AS di Suriah dan musuhnya, Turki, sekutu dari NATO yang juga ingin peran penting dalam operasi.
Kepala pertahanan AS, Ashton Carter, bertemu di Paris dengan rekan-rekannya dalam koalisi anti-ISIS, bersumpah bahwa pasukan Irak, sekutu Arab dan Kurdi Suriah dan pasukan operasi khusus AS dan kekuatan udara bisa merebut ibukota ISIS di Irak dan Suriah praktis secara bersamaan.
"Kami sudah merencanakan untuk itu, dan kami memiliki sumber daya untuk keduanya," kata Carter kepada NBC News Rabu pagi, mengatakan serangan terhadap Raqqa akan dimulai "dalam beberapa minggu ke depan".
Awal Januari, Carter menetapkan tujuan militer AS untuk merebut kedua kubu dari Isis pada tahun 2016, sebuah pernyataan yang diragukan oleh kepala intelijen pertahanan AS sendiri. Jika berhasil, serangan akan meninggalkan ISIS dengan sedikit dari wilayah Irak dan Suriah yang sebelumnya telah membuat shock dunia dengan Kekhalifahannya.
"Ya, akan ada tumpang tindih, dan itu adalah bagian dari rencana kami dan kami siap untuk itu. Dan kedua, tidak ada penundaan. Ini adalah melanjutkan rencana, bahkan Mosul adalah bagian dari rencana," kata Carter pada konferensi pers Selasa di Paris.
Tapi komandan AS di Irak dan Suriah, Letnan Jenderal Stephen Townsend, mengatakan Amerika Serikat memiliki "rasa urgensi" di balik langkah segera untuk merebut Raqqa karena data intelejen yang menunjukkan serangan sedang direncanakan di tempat lain.
"Intelijen memberitahu kami ada operasi eksternal yang signifikan dan perencanaan sedang berlangsung, dipusatkan di Raqqa," kata Townsend kepada wartawan, meskipun tidak jelas bagaimana dekat setiap serangan terhadap AS. Sementara Townsend membantah telah mempercepat rencana untuk menyerang ibukota ISIS di Suriah, dia mengatakan hal itu "penting" untuk dilakukan "pada waktu yang cukup singkat".
Namun koalisi belum membuat keputusan besar tentang bagaimana AS mengantisipasi ofensif Mosul yang akan berlangsung lama dan berdarah-darah. Koalisi belum memutuskan apakah perlu untuk sepenuhnya mengepung Raqqa untuk mengisolasi kota pada awal laga. Mereka masih melatih pasukan, pasukan Arab khususnya lokal, yang diperlukan untuk merebut dan menahan Raqqa dengan kekuatan serangan yang jauh lebih kecil dibanding puluhan ribu tentara yang berbaris menyerang Mosul. Dan, Townsend mengakui, AS belum menyelesaikan masalah Turki dan musuh Kurdi mereka - terutama para pejuang yang dikenal sebagai YPG dimana Turki menganggap teroris.
Townsend menunjukkan bahwa setidaknya untuk tahap awal operasi Raqqa, ia cenderung untuk tetap dengan melibatkan Kurdi, karena "satu-satunya kekuatan yang mampu pada jangka pendek adalah Pasukan Demokratik Suriah(SDF), dimana YPG adalah kelompok dengan porsi yang signifikan".
Ketika ditanya apakah pemerintah AS dan Turki berselisih atas Raqqa, Townsend mengatakan, "Kami mungkin memiliki perbedaan pendapat [lebih] bagaimana menentukan operasi ini berlangsung... Kita akan melakukan dengan siapa yang bersedia untuk pergi dengan segera."
Townsend telah memilih Mosul sebagai "usaha utama", katanya, dan memprioritaskan kekuatan udara, artileri dan aset lainnya untuk mendukung pertarungan itu. Tidak jelas apakah akan tetap seperti itu bila terjadi pertempuran simultan dalam waktu bersamaan di Mosul dan Raqqa.
ISIS menunjukkan tanda-tanda inovasi taktis dengan sesuatu yang sampai sekarang menjadi keuntungan medan perang AS: drone. Townsend mengatakan bahwa sementara penggunaan drone kecil ISIS sebagian besar untuk pengintaian, namun ISIS juga berhasil melakukan teknik pemancingan, memikat musuh untuk berjalan ke sebuah jebakan ledakan.
"Penggunaan drone ISIS adalah tidak episodik atau sporadis, itu relatif konstan dan kreatif", kata Townsend.
Jatuhnya Kekhalifahan Islam telah menjadi tujuan utama dari perang AS ketiga di Irak sejak awal bulan Agustus 2014, dengan tambahan di seluruh perbatasan di Suriah. Tapi pejabat senior intelijen AS telah memperingatkan selama berbulan-bulan bahwa itu tidak akan cukup untuk penghancuran Kekhalifahan ini.
James Clapper, direktur US intelijen nasional, mengatakan dalam sebuah diskusi pada hari Selasa bahwa sejarah ISIS didefinisikan oleh cukup "ketahanan dan fleksibilitas" untuk kembali menggunakan operasi gerilya di puluhan negara dimana mereka biasa beroperasi pada skala yang lebih kecil.
Di Paris, Carter mengungkapkan kekuatan militer elit rahasia yang menewaskan Osama bin Laden pada tahun 2011, kelompok yang jarang dibicarakan secara terbuka, telah ditugaskan menghalau upaya ISIS di jajaran militan di Irak dan Suriah dalam melakukan serangan teroris di luar negeri.
"Kami telah menempatkan satuan operasi khusus kami dalam memimpin melawan operasi eksternal ISIS ini. Dan kami telah mencapai hasil yang sangat signifikan baik dalam mengurangi aliran pejuang asing dan menghilangkan pemimpin ISIL dari medan perang," kata Carter.
Utusan Gedung Putih untuk koalisi pimpinan AS yang berjuang melawan ISIS bersikeras strategi militan itu gagal, mengatakan "tidak ada pengalihan apapun" dari pasukan yang mengambil bagian dalam operasi Mosul, yang diharapkan akan memakan waktu beberapa minggu atau bulan.
"ISIS sedang mencoba untuk memulai serangan spoiler(pengalihan)," Brett McGurk mengatakan kepada wartawan pada konferensi pers di Baghdad. "Ini sudah diharapkan, itu sudah direncanakan, dan kita sudah memperkirakan lebih dari itu."
Serangan pada kompleks Rutba, terletak ratusan mil (kilometer) selatan Mosul, adalah upaya ISIS terbaru untuk mencoba untuk mengalihkan sumber daya militer Irak dari usahah untuk merebut kota Mosul.
Terlepas dari klaim juru bicara koalisi, dari lapangan dikatakan hampir 360 tentara Irak di Rutbah tewas dan kota Rutbah dikabarkan telah dikuasai sepenuhnya oleh IS setelah tentara Irak melarikan diri dari pertahan mereka terakhir di Krabalah. Sedangkan dari Kirkuk, dimana banyak pejabat tinggi Peshmerga tewas oleh serangan IS, Peshmerga mengakui sekitar 80 pasukannya tewas. Klaim yang biasanya jauh lebih rendah untuk mengecilkan jumlah kerugian dari sisi berlawanan. Pihak IS sendiri menyatakan dalam awal serangannya di Kirkuk bila korban yang tewas dari pihak Peshmerga sekitar 150 orang.
Berikut beberapa foto dari front utara Mosul:
Dari wilayah Asia, tepatnya Pakistan juga terjadi serangan dimana 60 aparat Pakistan dikabarkan tewas setelah terjadi serangan pada Akademi Kepolisian yang ada disana. Di wilayah tetangga Afganistan, pengaruh Negara Islam juga meluas dengan dikuasainya wilayah Bajiir. Wilayah Rusia juga dikabarkan terjadi serangan terhadap aparat keamanan Rusia, berita ini sempat diredam namun akhirnya juga terkuak ke publik.
Dari Mosul sendiri dikabarkan pertempuran sengit terjadi di front Utara dan Timur di pedesaan sekitar Mosul. Media Barat mengklaim bila pasukan koalisi telah menguasai 40 desa, namun dari lapangan terlihat pertempuran sengit masih terjadi di pedesaan-pedesaan tersebut.
Beberapa aktifitas diantaranya adalah:
sumber: amaq, guardian, al-arabiya, medsos, telegram
Sebelum pasukan Irak dan penyokong mereka di AS menginjakkan kaki di Mosul, AS dan sekutunya telah memulai persiapan dalam waktu dekat untuk merebut kota Suriah Raqqa dari Negara Islam, keputusan penting yang bertujuan menghancurkan apa yang tersisa dari Kekhalifahan Islam.
Meskipun pejabat pertahanan senior AS dan pejabat militer bersikeras bahwa operasi "tumpang tindih" untuk merebut kedua kota dari ISIS selalu sudah direncanakan, persiapan untuk merebut Raqqa dilanjutkan dengan "urgensi", komandan AS di Irak mengatakan pada hari Rabu. Hal itu dilakukan karena ancaman yang nyata dari pembalasan ISIS di luar Timur Tengah.
Meskipun demikian, para pejabat militer AS yang berencana menyerang Raqqa belum menyelesaikan komplikasi geopolitik yang terjadi dalam koalisi mereka sendiri, terutama yang melibatkan kekuatan Kurdi yang telah diandalkan AS di Suriah dan musuhnya, Turki, sekutu dari NATO yang juga ingin peran penting dalam operasi.
Kepala pertahanan AS, Ashton Carter, bertemu di Paris dengan rekan-rekannya dalam koalisi anti-ISIS, bersumpah bahwa pasukan Irak, sekutu Arab dan Kurdi Suriah dan pasukan operasi khusus AS dan kekuatan udara bisa merebut ibukota ISIS di Irak dan Suriah praktis secara bersamaan.
"Kami sudah merencanakan untuk itu, dan kami memiliki sumber daya untuk keduanya," kata Carter kepada NBC News Rabu pagi, mengatakan serangan terhadap Raqqa akan dimulai "dalam beberapa minggu ke depan".
Awal Januari, Carter menetapkan tujuan militer AS untuk merebut kedua kubu dari Isis pada tahun 2016, sebuah pernyataan yang diragukan oleh kepala intelijen pertahanan AS sendiri. Jika berhasil, serangan akan meninggalkan ISIS dengan sedikit dari wilayah Irak dan Suriah yang sebelumnya telah membuat shock dunia dengan Kekhalifahannya.
"Ya, akan ada tumpang tindih, dan itu adalah bagian dari rencana kami dan kami siap untuk itu. Dan kedua, tidak ada penundaan. Ini adalah melanjutkan rencana, bahkan Mosul adalah bagian dari rencana," kata Carter pada konferensi pers Selasa di Paris.
Tapi komandan AS di Irak dan Suriah, Letnan Jenderal Stephen Townsend, mengatakan Amerika Serikat memiliki "rasa urgensi" di balik langkah segera untuk merebut Raqqa karena data intelejen yang menunjukkan serangan sedang direncanakan di tempat lain.
"Intelijen memberitahu kami ada operasi eksternal yang signifikan dan perencanaan sedang berlangsung, dipusatkan di Raqqa," kata Townsend kepada wartawan, meskipun tidak jelas bagaimana dekat setiap serangan terhadap AS. Sementara Townsend membantah telah mempercepat rencana untuk menyerang ibukota ISIS di Suriah, dia mengatakan hal itu "penting" untuk dilakukan "pada waktu yang cukup singkat".
Namun koalisi belum membuat keputusan besar tentang bagaimana AS mengantisipasi ofensif Mosul yang akan berlangsung lama dan berdarah-darah. Koalisi belum memutuskan apakah perlu untuk sepenuhnya mengepung Raqqa untuk mengisolasi kota pada awal laga. Mereka masih melatih pasukan, pasukan Arab khususnya lokal, yang diperlukan untuk merebut dan menahan Raqqa dengan kekuatan serangan yang jauh lebih kecil dibanding puluhan ribu tentara yang berbaris menyerang Mosul. Dan, Townsend mengakui, AS belum menyelesaikan masalah Turki dan musuh Kurdi mereka - terutama para pejuang yang dikenal sebagai YPG dimana Turki menganggap teroris.
Townsend menunjukkan bahwa setidaknya untuk tahap awal operasi Raqqa, ia cenderung untuk tetap dengan melibatkan Kurdi, karena "satu-satunya kekuatan yang mampu pada jangka pendek adalah Pasukan Demokratik Suriah(SDF), dimana YPG adalah kelompok dengan porsi yang signifikan".
Ketika ditanya apakah pemerintah AS dan Turki berselisih atas Raqqa, Townsend mengatakan, "Kami mungkin memiliki perbedaan pendapat [lebih] bagaimana menentukan operasi ini berlangsung... Kita akan melakukan dengan siapa yang bersedia untuk pergi dengan segera."
Terkait dengan Mosul
Pasukan Irak dan laskar Peshmerga Kurdi, yang didukung oleh pasukan operasi khusus AS di tanah dan pesawat tempur di atas kepala, telah maju ke pinggiran Mosul, kota kedua Irak. Para pejabat pertahanan telah bersiap untuk pertempuran perkotaan sengit dalam kota itu sendiri, di mana ribuan warga sipil masih berada dan mungkin menemukan diri mereka terjebak dalam baku tembak, dan Townsend mengatakan dia memperkirakan pertempuran sama tangguh akan terjadi di Raqqa.Townsend telah memilih Mosul sebagai "usaha utama", katanya, dan memprioritaskan kekuatan udara, artileri dan aset lainnya untuk mendukung pertarungan itu. Tidak jelas apakah akan tetap seperti itu bila terjadi pertempuran simultan dalam waktu bersamaan di Mosul dan Raqqa.
ISIS menunjukkan tanda-tanda inovasi taktis dengan sesuatu yang sampai sekarang menjadi keuntungan medan perang AS: drone. Townsend mengatakan bahwa sementara penggunaan drone kecil ISIS sebagian besar untuk pengintaian, namun ISIS juga berhasil melakukan teknik pemancingan, memikat musuh untuk berjalan ke sebuah jebakan ledakan.
"Penggunaan drone ISIS adalah tidak episodik atau sporadis, itu relatif konstan dan kreatif", kata Townsend.
Jatuhnya Kekhalifahan Islam telah menjadi tujuan utama dari perang AS ketiga di Irak sejak awal bulan Agustus 2014, dengan tambahan di seluruh perbatasan di Suriah. Tapi pejabat senior intelijen AS telah memperingatkan selama berbulan-bulan bahwa itu tidak akan cukup untuk penghancuran Kekhalifahan ini.
James Clapper, direktur US intelijen nasional, mengatakan dalam sebuah diskusi pada hari Selasa bahwa sejarah ISIS didefinisikan oleh cukup "ketahanan dan fleksibilitas" untuk kembali menggunakan operasi gerilya di puluhan negara dimana mereka biasa beroperasi pada skala yang lebih kecil.
Di Paris, Carter mengungkapkan kekuatan militer elit rahasia yang menewaskan Osama bin Laden pada tahun 2011, kelompok yang jarang dibicarakan secara terbuka, telah ditugaskan menghalau upaya ISIS di jajaran militan di Irak dan Suriah dalam melakukan serangan teroris di luar negeri.
"Kami telah menempatkan satuan operasi khusus kami dalam memimpin melawan operasi eksternal ISIS ini. Dan kami telah mencapai hasil yang sangat signifikan baik dalam mengurangi aliran pejuang asing dan menghilangkan pemimpin ISIL dari medan perang," kata Carter.
AS Bantah Serangan Balik IS Tidak Diprediksi
Koalisi pimpinan AS bersikeras dalam pernyataan terbaru menyikapi serangkaian "serangan pengalihan" oleh ISIS, menyatakan bila serangan itu tidak memaksa mereka untuk mengalihkan sumber daya dari kekuatan yang akan merebut kembali kota terbesar kedua Irak Mosul.Utusan Gedung Putih untuk koalisi pimpinan AS yang berjuang melawan ISIS bersikeras strategi militan itu gagal, mengatakan "tidak ada pengalihan apapun" dari pasukan yang mengambil bagian dalam operasi Mosul, yang diharapkan akan memakan waktu beberapa minggu atau bulan.
"ISIS sedang mencoba untuk memulai serangan spoiler(pengalihan)," Brett McGurk mengatakan kepada wartawan pada konferensi pers di Baghdad. "Ini sudah diharapkan, itu sudah direncanakan, dan kita sudah memperkirakan lebih dari itu."
Serangan pada kompleks Rutba, terletak ratusan mil (kilometer) selatan Mosul, adalah upaya ISIS terbaru untuk mencoba untuk mengalihkan sumber daya militer Irak dari usahah untuk merebut kota Mosul.
Terlepas dari klaim juru bicara koalisi, dari lapangan dikatakan hampir 360 tentara Irak di Rutbah tewas dan kota Rutbah dikabarkan telah dikuasai sepenuhnya oleh IS setelah tentara Irak melarikan diri dari pertahan mereka terakhir di Krabalah. Sedangkan dari Kirkuk, dimana banyak pejabat tinggi Peshmerga tewas oleh serangan IS, Peshmerga mengakui sekitar 80 pasukannya tewas. Klaim yang biasanya jauh lebih rendah untuk mengecilkan jumlah kerugian dari sisi berlawanan. Pihak IS sendiri menyatakan dalam awal serangannya di Kirkuk bila korban yang tewas dari pihak Peshmerga sekitar 150 orang.
Berikut beberapa foto dari front utara Mosul:
Serangan IS di Wilayah Lain
Serangan balik dari Negara Islam ternyata tidak hanya terjadi di Irak, dikabarkan bila sebuah kota di Somalia yaitu Qandala dekat kota Basoso juga telah dikuasai oleh pasukan dari Negara Islam. Dari Libya juga terjadi kemunduran dari pasukan koalisi yang akan menguasai Sirte.Dari wilayah Asia, tepatnya Pakistan juga terjadi serangan dimana 60 aparat Pakistan dikabarkan tewas setelah terjadi serangan pada Akademi Kepolisian yang ada disana. Di wilayah tetangga Afganistan, pengaruh Negara Islam juga meluas dengan dikuasainya wilayah Bajiir. Wilayah Rusia juga dikabarkan terjadi serangan terhadap aparat keamanan Rusia, berita ini sempat diredam namun akhirnya juga terkuak ke publik.
Dari Mosul sendiri dikabarkan pertempuran sengit terjadi di front Utara dan Timur di pedesaan sekitar Mosul. Media Barat mengklaim bila pasukan koalisi telah menguasai 40 desa, namun dari lapangan terlihat pertempuran sengit masih terjadi di pedesaan-pedesaan tersebut.
Layanan Publik ISIS
Disisi lainnya, meskipun menghadapi berbagai front pertempuran, Negara Islam berusaha membuktikan bila itu adalah sebuah negara semestinya dengan mempublikasikan rilisan berita tentang pelayanan publik yang telah dilakukan. Juga ada rilisan aktifitas warga yagn berada di dalam Negara Islam beraktifitas seperti biasaBeberapa aktifitas diantaranya adalah:
- Panen kebun buah zaitun yang bisa anda lihat disini: https://justpaste.it/zrdh
- Pemasangan Billboard dari Negara Islamm bisa anda lihat disini: https://justpaste.it/zrdd
- Suasana dan aktifitas warga di kota Jarniyah: https://justpaste.it/zrae
- Departemen Pelayanan Publik Negara sedang melakukan perbaikan jalan di Raqqa: https://justpaste.it/zr9w
- Perbaikan fasilitas umum di kota Mayadin: https://justpaste.it/zqyr
- Aktivitas Petani di Wilayah Hama - Menanam Benih di Desa Fakhr dan Nu'aimiyyah: https://justpaste.it/zq3k
sumber: amaq, guardian, al-arabiya, medsos, telegram
0 komentar:
Posting Komentar