wartaperang - Menteri luar negeri Perancis mengatakan pada hari Minggu bahwa meskipun ada serangan koalisi udara pimpinan AS pada tentara Suriah, pasukan pemerintah Suriah pada prinsipnya berada dibalik pelanggaran gencatan senjata yang rapuh yang ditengahi oleh Amerika Serikat dan Rusia.
"Kita harus berpegang pada kesepakatan ini dan beusaha mempertahankannya tetap hidup dengan segala cara sehingga kita perlu untuk melupakan beberapa kejadian dalam beberapa jam terakhir," kata Jean-Marc Ayrault kepada wartawan pada upacara peringatan 11 September 2001 di New York.
"Tapi sementara ada insiden ini, kita tidak boleh lupa bahwa yang paling pertama telah merugikan gencatan senjata Amerika-Rusia adalah rezim. Itu selalu rezim Bashar al-Assad."
Moskow meningkatkan perang kata-kata dengan Washington pada hari Minggu, mengatakan serangan udara pada tentara Suriah, yang menewaskan puluhan, mengancam pelaksanaan rencana gencatan senjata dan seperti berkongkalikong dengan ISIS.
Ayrault, yang telah kritis pada beberapa taktik yang di perlihatkan oleh beberapa sisi, juga mengkritik Amerika Serikat untuk tidak berbagi rincian dari kesepakatan gencatan senjata dengan sekutu-sekutunya, mengatakan semua cara diperlukan ketika berbicara di Majelis Umum PBB pekan ini untuk "menciptakan kondisi gencatan senjata" dan terutama memastikan bantuan memasuki kota yang terkepung, Aleppo.
Berdasarkan kesepakatan itu, Amerika Serikat dan Rusia bertujuan agar kekerasan berkurang selama tujuh hari berturut-turut sebelum mereka pindah ke tahap berikutnya, koordinasi serangan militer terhadap mantan Nusra Front dan ISIS, yang tidak berada dalam gencatan senjata.
Moskow mengatakan pihaknya menginginkan kesepakatan melalui resolusi Dewan Keamanan PBB.
"Kita tidak bisa kembali ke kesepakatan jika kita tidak tahu pondasi utama," kata Ayrault.
Perancis juga telah mendorong resolusi Dewan Keamanan PBB yang terpisah setelah penyelidikan bersama oleh PBB dan pengawas senjata kimia global OPCW, menemukan bahwa pasukan pemerintah Suriah bertanggung jawab atas dua serangan gas beracun dan militan ISIS menggunakan gas belerang mustard.
Paris khawatir ada respon yang lemah terhadap serangan senjata kimia yang telah dilaporkan atau bahwa isu tersebut bisa jadi tidak ada karena rapuhnya gencatan senjata Suriah yang disetujui oleh Moskow dan Washington.
"Kami tidak melupakan apa-apa dan terutama resolusi mengutuk senjata kimia. Ini akan menjadi tragis bahwa PBB menutup mata pada penggunaan senjata kimia," kata Ayrault.
sumber: al-arabiya
"Kita harus berpegang pada kesepakatan ini dan beusaha mempertahankannya tetap hidup dengan segala cara sehingga kita perlu untuk melupakan beberapa kejadian dalam beberapa jam terakhir," kata Jean-Marc Ayrault kepada wartawan pada upacara peringatan 11 September 2001 di New York.
"Tapi sementara ada insiden ini, kita tidak boleh lupa bahwa yang paling pertama telah merugikan gencatan senjata Amerika-Rusia adalah rezim. Itu selalu rezim Bashar al-Assad."
Moskow meningkatkan perang kata-kata dengan Washington pada hari Minggu, mengatakan serangan udara pada tentara Suriah, yang menewaskan puluhan, mengancam pelaksanaan rencana gencatan senjata dan seperti berkongkalikong dengan ISIS.
Ayrault, yang telah kritis pada beberapa taktik yang di perlihatkan oleh beberapa sisi, juga mengkritik Amerika Serikat untuk tidak berbagi rincian dari kesepakatan gencatan senjata dengan sekutu-sekutunya, mengatakan semua cara diperlukan ketika berbicara di Majelis Umum PBB pekan ini untuk "menciptakan kondisi gencatan senjata" dan terutama memastikan bantuan memasuki kota yang terkepung, Aleppo.
Berdasarkan kesepakatan itu, Amerika Serikat dan Rusia bertujuan agar kekerasan berkurang selama tujuh hari berturut-turut sebelum mereka pindah ke tahap berikutnya, koordinasi serangan militer terhadap mantan Nusra Front dan ISIS, yang tidak berada dalam gencatan senjata.
Moskow mengatakan pihaknya menginginkan kesepakatan melalui resolusi Dewan Keamanan PBB.
"Kita tidak bisa kembali ke kesepakatan jika kita tidak tahu pondasi utama," kata Ayrault.
Perancis juga telah mendorong resolusi Dewan Keamanan PBB yang terpisah setelah penyelidikan bersama oleh PBB dan pengawas senjata kimia global OPCW, menemukan bahwa pasukan pemerintah Suriah bertanggung jawab atas dua serangan gas beracun dan militan ISIS menggunakan gas belerang mustard.
Paris khawatir ada respon yang lemah terhadap serangan senjata kimia yang telah dilaporkan atau bahwa isu tersebut bisa jadi tidak ada karena rapuhnya gencatan senjata Suriah yang disetujui oleh Moskow dan Washington.
"Kami tidak melupakan apa-apa dan terutama resolusi mengutuk senjata kimia. Ini akan menjadi tragis bahwa PBB menutup mata pada penggunaan senjata kimia," kata Ayrault.
sumber: al-arabiya
0 komentar:
Posting Komentar