Courtesy of Zaman Al-Wasl |
http://forticeoffice.com/ .adv - Perdana Menteri Habib Essid mengatakan sekitar 50 anggota pasukan Negara Islam diyakini telah mengambil bagian dalam serangan terkoordinasi pada hari Senin terhadap barak tentara dan polisi dan posisi Garda Nasional di kota perbatasan Ben Guerdane.
Dia mengatakan bahwa 36 penyerang tewas dan tujuh orang lainnya ditangkap dalam pertempuran sengit yang juga melihat kematian dari tujuh warga sipil dan 12 personil pasukan keamanan.
Essid mengatakan pada konferensi pers bahwa militan "membunuh satu anggota pasukan keamanan internal di rumahnya sendiri".
Dia mengatakan tiga warga sipil dan 14 personel keamanan juga terluka.
Juru bicara kementerian dalam negeri Yasser Mesbah mengatakan pemerintah masih melakukan pencarian untuk setiap anggota Negara Islam yang masih buron berlanjut di daerah perbatasan.
Dia mengatakan jam malam yang diberlakukan di kota itu setelah serangan itu terjadi telah dihormati dengan baik dan bahwa situasi kota telah "stabil".
Pada hari Senin, Essid mengatakan bahwa tujuan dari serangan ini adalah menciptakan "emirat Daesh (ISIS/IS)" di kota Ben Guerdane.
Presiden Beji Caid Essebsi mengatakan serangan seperti ini "belum pernah terjadi sebelumnya" dan "mungkin ditujukan untuk mengendalikan" wilayah perbatasan dan bersumpah untuk membasmi kelompok ini.
Warga mengatakan kepada AFP bila para penyerang tampaknya penduduk asli wilayah tersebut.
Mereka menghentikan orang-orang, memeriksa kartu identitas mereka dan tampaknya sedang mencari anggota pasukan keamanan, dan mengumumkan pengambilalihan singkat mereka terhadap kota Ben Guerdane dan mengatakan bila mereka adalah "pembebas".
Bentrokan mematikan ini adalah insiden kedua di wilayah perbatasan dalam waktu kurang dari satu tahun ketika Tunisia sedang berusaha untuk mencegah sejumlah besar warganya yang telah bergabung dengan Negara Islam di Libya untuk kembali dan melakukan serangan di dalam negeri.
Dua serangan Negara Islam yang mematikan pada wisatawan asing tahun lalu telah memberikan pukulan yang menghancurkan industri pariwisata Tunisia dan diyakini telah direncanakan dari Libya.
Negara Islam telah mengambil keuntungan dari kekosongan kekuasaan di Libya sejak penggulingan yang didukung NATO terhadap diktator Moamer Kadhafi pada 2011, mendirikan pangkalan di beberapa daerah, termasuk Sabratha antara Tripoli dan perbatasan Tunisia.
sumber: ZA
oleh: n3m0
0 komentar:
Posting Komentar