wartaperang - Pemimpin kekhalifahan Negara Islam atau ISIS/IS, khalifah Abu Bakr al-Baghdadi dilaporkan telah menunjuk seorang pejuang Saudi perempuan untuk mengepalai sebuah batalion baru di timur laut Suriah, menurut seorang aktivis.
Nada al-Qahtani, yang telah bergabung dengan Negara Islam pada tahun 2013, sebelumnya telah dipilih untuk memimpin batalion Khansa di ibukota 'de facto' Negara Islam yaitu Raqqa, yang terletak di Suriah. Dia sekarang akan memimpin sebuah cabang baru dari unit tempur yang semuanya adalah perempuan di Hasakah, aktivis mengatakan kepada kantor berita Arab Al-Arabiya News Channel.
Baghdadi - yang belum pernah terlihat di depan umum atau difoto sejak 2014 - bertemu dengan Qahtani dua kali dalam pertemuan dengan para pemimpin Negara Islam lainnya. Dia terlihat seperti memiliki karakter yang kuat, demikian menuruat sumber dari aktivis.
"Pejuang perempuan kini hadir di Hasakah dan dia memainkan peran penting pada tingkat berkomunikasi dengan pejuang asing," demikian sumber aktivitis mengatakan.
Qahtani pergi ke Suriah pada Desember 2013 dan berjanji sumpah setia kepada Baghdadi. Dalam salah satu tweet-nya, ia mengungkapkan niatnya untuk menjadi seorang pembom bunuh diri, dan meminta perempuan untuk mendorong suami dan anak-anak mereka untuk bergabung dengan Negara Islam.
Negara Islam saat ini mendapatkan tekanan yang berat dari semua lini ketika semua pihak yang berseteru mulai mengkerucutkan serangannya kepada Negara Islam. Tekanan tambah kuat setelah Rusia juga ikut serta dalam pertempuran yang terjadi di Suriah. Dikatakan sekitar 40% wilayah Negara Islam telah direbut oleh pihak lawan.
Disisi lain, pengawasan perbatasan Turki dan Suriah juga semakin ketat, beberapa negara juga memperketat keamanan di negara masing-masing, hal ini menyebabkan aliran pejuang asing ke dalam Negara Islam semakin sulit.
Front Hasakah sendiri saat ini menjadi medan pertempuran yang sangat sengit antara Negara Islam dan pemerintah rezim Suriah. Belum diketahui dengan jelas bagaimana efektifitas pasukan wanita ini di medan perang.
Suriah sendiri sedang memasuki masa gencatan senjata sementara dan Negara Islam termasuk kelompok yang tidak dimasukkan kedalam perjanjian gencatan senjata. Dengan kondisi ini besar kemungkinan Negara Islam menjadi target serangan dari semua kelompok perlawanan dan kelompok pro-rezim.
sumber: al-arabiya, ZA, socmed
oleh: n3m0
Nada al-Qahtani, yang telah bergabung dengan Negara Islam pada tahun 2013, sebelumnya telah dipilih untuk memimpin batalion Khansa di ibukota 'de facto' Negara Islam yaitu Raqqa, yang terletak di Suriah. Dia sekarang akan memimpin sebuah cabang baru dari unit tempur yang semuanya adalah perempuan di Hasakah, aktivis mengatakan kepada kantor berita Arab Al-Arabiya News Channel.
Baghdadi - yang belum pernah terlihat di depan umum atau difoto sejak 2014 - bertemu dengan Qahtani dua kali dalam pertemuan dengan para pemimpin Negara Islam lainnya. Dia terlihat seperti memiliki karakter yang kuat, demikian menuruat sumber dari aktivis.
"Pejuang perempuan kini hadir di Hasakah dan dia memainkan peran penting pada tingkat berkomunikasi dengan pejuang asing," demikian sumber aktivitis mengatakan.
Qahtani pergi ke Suriah pada Desember 2013 dan berjanji sumpah setia kepada Baghdadi. Dalam salah satu tweet-nya, ia mengungkapkan niatnya untuk menjadi seorang pembom bunuh diri, dan meminta perempuan untuk mendorong suami dan anak-anak mereka untuk bergabung dengan Negara Islam.
Negara Islam saat ini mendapatkan tekanan yang berat dari semua lini ketika semua pihak yang berseteru mulai mengkerucutkan serangannya kepada Negara Islam. Tekanan tambah kuat setelah Rusia juga ikut serta dalam pertempuran yang terjadi di Suriah. Dikatakan sekitar 40% wilayah Negara Islam telah direbut oleh pihak lawan.
Disisi lain, pengawasan perbatasan Turki dan Suriah juga semakin ketat, beberapa negara juga memperketat keamanan di negara masing-masing, hal ini menyebabkan aliran pejuang asing ke dalam Negara Islam semakin sulit.
Front Hasakah sendiri saat ini menjadi medan pertempuran yang sangat sengit antara Negara Islam dan pemerintah rezim Suriah. Belum diketahui dengan jelas bagaimana efektifitas pasukan wanita ini di medan perang.
Suriah sendiri sedang memasuki masa gencatan senjata sementara dan Negara Islam termasuk kelompok yang tidak dimasukkan kedalam perjanjian gencatan senjata. Dengan kondisi ini besar kemungkinan Negara Islam menjadi target serangan dari semua kelompok perlawanan dan kelompok pro-rezim.
sumber: al-arabiya, ZA, socmed
oleh: n3m0
0 komentar:
Posting Komentar