wartaperang - Arab Saudi telah memberikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan hibah untuk bantuan kemanusiaan ke Irak yang terkena dampak konflik yang sedang berlangsung di negara mereka sebesar $ 50juta.
Dukungan WHO akan membantu memperluas akses pelayanan kesehatan dengan proyek yang akan dilaksanakan di semua area dimana orang terlantar akibat kerusuhan baru-baru serta provinsi yang terkena dampak konflik dari Anbar, Nineveh, Salah El-Din, Diyala dan wilayah Kurdistan utara.
Akses ke pelayanan kesehatan di daerah konflik telah sangat terganggu, dengan banyak rumah sakit dan klinik tidak mampu mengatasi masuknya pengungsi yang mencari perawatan kesehatan.
Di Anbar, hanya 40 dari 153 pusat kesehatan masyarakat yang berfungsi, dengan dua rumah sakit utama - Fallujah dan Ramadi - beroperasi pada kapasitas yang terbatas.
Di Mosul, jumlah puskesmas berfungsi telah menurun setiap hari sejak Juni 2014.
Kapasitas fasilitas kesehatan di Sinjar, Tel Afar, Tikrit dan Hamdiniyah juga telah sangat terpengaruh, dengan rumah sakit Tel Afar dilaporkan rusak akibat ledakan, hanya sebagian dari fasilitas itu yang berfungsi.
Dr Syed Hussain Jaffar, perwakilan WHO untuk Irak, menyampaikan bahwa bahkan sebelum krisis sistem kesehatan Irak saat itu dan kesehatan rakyatnya telah menghadapi tantangan besar dan ketidakamanan yang terjadi baru-baru ini di banyak bagian negara itu memperburuk situasi.
Kehadiran lebih dari 250.000 pengungsi Suriah di Irak utara juga telah semakin membuat tegang sistem kesehatan yang sudah rapuh.
Ancaman wabah penyakit menular seperti kolera, diare, campak dan hepatitis E, telah meningkat karena pemindahan penduduk dan jeleknya infrastruktur kesehatan.
Proyek pengendalian penyakit bertujuan untuk mengurangi jumlah kasus diare akut dan meningkatkan cakupan imunisasi, terutama di Anbar, di mana tingkat cakupan vaksinasi polio akan naik dari 48 persen menjadi lebih dari 94 persen.
Sumbangan Saudi merupakan kontribusi kemanusiaan terbesar ke WHO untuk suatu krisis, memungkinkan organisasi untuk meningkatkan respon terhadap wabah penyakit, kekurangan gizi, kekurangan obat-obatan, rumah sakit dan klinik.
Penyedia layanan kesehatan kemanusiaan akan menangani komplikasi medis akibat malnutrisi dengan memberikan dukungan yang ditargetkan untuk 350.000 orang, termasuk anak-anak di bawah usia lima tahun, ibu hamil dan menyusui dan pasien yang menderita gizi buruk.
sumber: alarabiya
oleh: n3m0
Dukungan WHO akan membantu memperluas akses pelayanan kesehatan dengan proyek yang akan dilaksanakan di semua area dimana orang terlantar akibat kerusuhan baru-baru serta provinsi yang terkena dampak konflik dari Anbar, Nineveh, Salah El-Din, Diyala dan wilayah Kurdistan utara.
Akses ke pelayanan kesehatan di daerah konflik telah sangat terganggu, dengan banyak rumah sakit dan klinik tidak mampu mengatasi masuknya pengungsi yang mencari perawatan kesehatan.
Di Anbar, hanya 40 dari 153 pusat kesehatan masyarakat yang berfungsi, dengan dua rumah sakit utama - Fallujah dan Ramadi - beroperasi pada kapasitas yang terbatas.
Di Mosul, jumlah puskesmas berfungsi telah menurun setiap hari sejak Juni 2014.
Kapasitas fasilitas kesehatan di Sinjar, Tel Afar, Tikrit dan Hamdiniyah juga telah sangat terpengaruh, dengan rumah sakit Tel Afar dilaporkan rusak akibat ledakan, hanya sebagian dari fasilitas itu yang berfungsi.
Dr Syed Hussain Jaffar, perwakilan WHO untuk Irak, menyampaikan bahwa bahkan sebelum krisis sistem kesehatan Irak saat itu dan kesehatan rakyatnya telah menghadapi tantangan besar dan ketidakamanan yang terjadi baru-baru ini di banyak bagian negara itu memperburuk situasi.
Kehadiran lebih dari 250.000 pengungsi Suriah di Irak utara juga telah semakin membuat tegang sistem kesehatan yang sudah rapuh.
Ancaman wabah penyakit menular seperti kolera, diare, campak dan hepatitis E, telah meningkat karena pemindahan penduduk dan jeleknya infrastruktur kesehatan.
Proyek pengendalian penyakit bertujuan untuk mengurangi jumlah kasus diare akut dan meningkatkan cakupan imunisasi, terutama di Anbar, di mana tingkat cakupan vaksinasi polio akan naik dari 48 persen menjadi lebih dari 94 persen.
Sumbangan Saudi merupakan kontribusi kemanusiaan terbesar ke WHO untuk suatu krisis, memungkinkan organisasi untuk meningkatkan respon terhadap wabah penyakit, kekurangan gizi, kekurangan obat-obatan, rumah sakit dan klinik.
Penyedia layanan kesehatan kemanusiaan akan menangani komplikasi medis akibat malnutrisi dengan memberikan dukungan yang ditargetkan untuk 350.000 orang, termasuk anak-anak di bawah usia lima tahun, ibu hamil dan menyusui dan pasien yang menderita gizi buruk.
sumber: alarabiya
oleh: n3m0
0 komentar:
Posting Komentar