wartaperang - Parlemen Libya yang baru dilantik telah mengancam akan bertindak melawan milisi yang berperang yang tidak mematuhi seruan untuk gencatan senjata segera, yang dikatakan akan diawasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Seruan parlemen Rabu malam (6/8/2014) adalah salah satu seruang yang pertama kali dilakukan di kota timur Tobruk, setelah kekerasan melanda ibukota, Tripoli, dan kota terbesar kedua Libya Benghazi.
Dalam sebuah pernyataan yang diperoleh oleh The Associated Press pada hari Kamis, parlemen meminta "semua pihak yang bertikai tanpa kecuali," untuk memberlakukan sebuah "gencatan senjata segera dan tanpa syarat, mengakhiri semua kekerasan dan serangan terhadap warga sipil dan daerah-daerah sipil".
Juga pada hari Rabu, parlemen juga membuat perubahan deklarasi konstitusional sebelumnya, memberikan dirinya kekuasaan lebih yang dikatakan akan membantu mengekang milisi yang tidak terkontrol.
Seruan parlemen bisa jadi tidak didengar oleh para militan, seperti halnya beberapa seruan lain untuk gencatan senjata yang telah dibuat oleh pemerintah sementara sebelumnya. Milisi telah tumbuh berkuasa sejak jatuhnya diktator Muammar Qaddafi pada tahun 2011.
Keputusan datang ketika wakil dari pemerintah negara tetangga Mesir dan Aljazair, serta Amerika Serikat, menyatakan "keprihatinan yang mendalam" tentang kekerasan di Libya dan dampaknya di kawasan. Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah perwakilan tiap negara bertemu pada hari Rabu, mreka mendesak gencatan senjata segera dan menyatakan oposisi terhadap "gangguan luar dalam transisi Libya".
Beberapa politisi dan anggota parlemen menyatakan dukungan untuk intervensi internasional untuk membantu menstabilkan negara itu. Dibanjiri dengan senjata dan didominasi oleh pejuang milisi, mereka mengatakan punya kekuatan luar bisa untuk mengakhiri pertempuran.
Sementara ini banyak warga Libya takut terhadap intervensi asing karena akan memicu perang saudara penuh, mereka melihat dari kejadian yang telah pernah terjadi dimana NATO membantu merobohkan Qadaffi tahun 2011 lalu.
sumber: alarabiya
oleh: n3m0
Seruan parlemen Rabu malam (6/8/2014) adalah salah satu seruang yang pertama kali dilakukan di kota timur Tobruk, setelah kekerasan melanda ibukota, Tripoli, dan kota terbesar kedua Libya Benghazi.
Dalam sebuah pernyataan yang diperoleh oleh The Associated Press pada hari Kamis, parlemen meminta "semua pihak yang bertikai tanpa kecuali," untuk memberlakukan sebuah "gencatan senjata segera dan tanpa syarat, mengakhiri semua kekerasan dan serangan terhadap warga sipil dan daerah-daerah sipil".
Juga pada hari Rabu, parlemen juga membuat perubahan deklarasi konstitusional sebelumnya, memberikan dirinya kekuasaan lebih yang dikatakan akan membantu mengekang milisi yang tidak terkontrol.
Seruan parlemen bisa jadi tidak didengar oleh para militan, seperti halnya beberapa seruan lain untuk gencatan senjata yang telah dibuat oleh pemerintah sementara sebelumnya. Milisi telah tumbuh berkuasa sejak jatuhnya diktator Muammar Qaddafi pada tahun 2011.
Keputusan datang ketika wakil dari pemerintah negara tetangga Mesir dan Aljazair, serta Amerika Serikat, menyatakan "keprihatinan yang mendalam" tentang kekerasan di Libya dan dampaknya di kawasan. Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah perwakilan tiap negara bertemu pada hari Rabu, mreka mendesak gencatan senjata segera dan menyatakan oposisi terhadap "gangguan luar dalam transisi Libya".
Beberapa politisi dan anggota parlemen menyatakan dukungan untuk intervensi internasional untuk membantu menstabilkan negara itu. Dibanjiri dengan senjata dan didominasi oleh pejuang milisi, mereka mengatakan punya kekuatan luar bisa untuk mengakhiri pertempuran.
Sementara ini banyak warga Libya takut terhadap intervensi asing karena akan memicu perang saudara penuh, mereka melihat dari kejadian yang telah pernah terjadi dimana NATO membantu merobohkan Qadaffi tahun 2011 lalu.
sumber: alarabiya
oleh: n3m0
0 komentar:
Posting Komentar