Kunjungan Hossein Amir Abdollahian adalah kunjungan yang pertama dilakukan oleh seorang pejabat senior Iran untuk melakukan pembicaraan dengan kerajaan sejak Presiden moderat Hassan Rowhani terpilih musim panas lalu dan berjanji untuk memperbaiki hubungan dingin Teheran dengan tetangga Arabnya.
"Pertemuan berlangsung dalam suasana yang sangat positif dan konstruktif", kata Abdollahian Reuters melalui telepon.
Muslim Sunni Arab Saudi dan Syiah Iran telah lama terlibat dalam pertarungan politik di Irak, Suriah, Yaman, Lebanon dan Bahrain, biasanya di sepanjang garis sektarian, dan bersaing untuk memperebutkan pengaruh di Timur Tengah.
Namun, baik Teheran dan Riyadh yang terkejut pada kemajuan pesat yang dibuat oleh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) pada bulan Juni dan Juli, sama-sama menyambut kepergian Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki bulan ini.
Maliki adalah sekutu dekat politik Iran tetapi para pemimpin negara datang menemuinya setelah banyak orang Irak Sunni mendukung pemberontakan yang dipimpin oleh ISIS.
Maliki terlihat di Riyadh sebagai terlalu dekat dengan Iran, dan Raja Saudi Abdullah percaya perdana menteri yang telah mundur ini telah gagal untuk memenuhi janji yang dibuatnya untuk mengendalikan kekuatan milisi Syiah yang menargetkan Sunni.
Namun, Arab Saudi tetap mewaspadai masuknya Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi, yang berasal dari blok politik yang sama seperti Maliki, analis di kerajaan mengatakan, dan terus menentang apa yang mereka lihat sebagai gangguan Iran di negara-negara Arab.
Menlu Iran Mohammad Javad Zarif Selasa melanjutkan kunjungannya sendiri ke Irak, bertemu Presiden Kurdistan Massoud Barzani, dimana Teheran telah memasok senjata kepada pasukan Kurdi dalam menanggapi kemajuan ISIS.
sumber: alarabiya
oleh: n3m0
0 komentar:
Posting Komentar