wartaperang - Presiden Turki pada Jumat (11/7/2014) menyerukan Israel untuk menghentikan serangannya di Jalur Gaza dan tidak melakukan serangan darat, sementara perdana menteri mengatakan tidak ada normalisasi hubungan Turki-Israel selama tindakan Israel terus berlanjut.
"Saya ingin mengingatkan Israel bahwa (operasi darat) akan menyebabkan perkembangan berbahaya dan menabur benih kebencian", kata Presiden Abdullah Gul dalam perjalanan keluar dari masjid setelah salat Jumat.
"Eskalasi seperti itu dapat menyebabkan kekacauan di wilayah kami", katanya.
Meningkatnya kekerasan antara Israel dan militan Hamas di Gaza datang pada saat Turki dan Israel telah bekerja untuk memperbaiki hubungan yang memburuk setelah pasukan komando Israel menyerbu kapal bantuan pro-Palestina pada tahun 2010, menewaskan delapan warga Turki dan satu Turki-Amerika.
Israel meminta maaf kepada Turki atas kematian tersebut dan setuju untuk membayar kompensasi di bawah perjanjian yang ditengahi pada tahun 2013. Pejabat Turki mengatakan pada Maret untuk mencapai kesepakatan kompensasi yang akan mengarah pada pemulihan hubungan.
Namun Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan, mengatakan Jumat bahwa tidak bisa terjadi pada saat ini.
"Kita tidak dapat melihat hal yang positif pada proses normalisasi sementara bom menghujani (Palestina) saudara-saudara kami", kata Erdogan. Pernyataan pemulihan dengan Israel disampaikan ketika ia melakukan kampanye presiden lalu dan akan ia akan lakukan itu jika terpilih sebagai presiden, namun sekarang hal itu tidak akan terjadi. "Kita tidak bisa berada di sisi penindas", tambahnya.
Militer Israel telah melakukan lebih dari 1.000 serangan terhadap sasaran Gaza dalam empat hari pertempuran yang telah menewaskan lebih dari 100 orang, termasuk puluhan warga sipil.
Militan Hamas telah menembakkan ratusan roket ke Israel, termasuk ke dua kota terbesar di negara itu, Yerusalem dan Tel Aviv, yang dicegat oleh sistem roket pertahanan iron dome.
sumber: alarabiya
oleh: n3m0
"Saya ingin mengingatkan Israel bahwa (operasi darat) akan menyebabkan perkembangan berbahaya dan menabur benih kebencian", kata Presiden Abdullah Gul dalam perjalanan keluar dari masjid setelah salat Jumat.
"Eskalasi seperti itu dapat menyebabkan kekacauan di wilayah kami", katanya.
Meningkatnya kekerasan antara Israel dan militan Hamas di Gaza datang pada saat Turki dan Israel telah bekerja untuk memperbaiki hubungan yang memburuk setelah pasukan komando Israel menyerbu kapal bantuan pro-Palestina pada tahun 2010, menewaskan delapan warga Turki dan satu Turki-Amerika.
Israel meminta maaf kepada Turki atas kematian tersebut dan setuju untuk membayar kompensasi di bawah perjanjian yang ditengahi pada tahun 2013. Pejabat Turki mengatakan pada Maret untuk mencapai kesepakatan kompensasi yang akan mengarah pada pemulihan hubungan.
Namun Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan, mengatakan Jumat bahwa tidak bisa terjadi pada saat ini.
"Kita tidak dapat melihat hal yang positif pada proses normalisasi sementara bom menghujani (Palestina) saudara-saudara kami", kata Erdogan. Pernyataan pemulihan dengan Israel disampaikan ketika ia melakukan kampanye presiden lalu dan akan ia akan lakukan itu jika terpilih sebagai presiden, namun sekarang hal itu tidak akan terjadi. "Kita tidak bisa berada di sisi penindas", tambahnya.
Militer Israel telah melakukan lebih dari 1.000 serangan terhadap sasaran Gaza dalam empat hari pertempuran yang telah menewaskan lebih dari 100 orang, termasuk puluhan warga sipil.
Militan Hamas telah menembakkan ratusan roket ke Israel, termasuk ke dua kota terbesar di negara itu, Yerusalem dan Tel Aviv, yang dicegat oleh sistem roket pertahanan iron dome.
sumber: alarabiya
oleh: n3m0
0 komentar:
Posting Komentar