wartaperang - Jaksa Agung AS Eric Holder mengatakan pada hari Minggu (13/7/2014) bahwa intelejen menunjukkan pembuat bom dari kelompok Islam Yaman telah bekerja sama di Suriah dan hal ini "lebih menakutkan daripada apa" ia lihat sebelumnya.
Dalam sebuah wawancara dengan ABC News, Holder menyebut dugaan kerja sama antara ahli pembuat bom di Yaman dan kelompok jihadis yang berperang di perang sipil Suriah adalah "kombinasi yang mematikan."
ABC News mengutip sumber-sumber tak dikenal mengatakan tersangka bombmakers Yaman di Suriah menurut intelejen AS telah merancang bahan peledak cukup kecil untuk muat dalam sebuah komputer laptop.
"Saya pikir kita berada pada waktu yang berbahaya", kata Holder, mengacu pada meningkatnya hubungan dari para ahli dengan pengetahuan teknis dan "orang-orang yang memiliki semangat untuk memberikan hidup mereka".
"Ini adalah sesuatu yang memberi kita fakta benar-benar ekstrim, kekhawatiran ekstrim", tambahnya dalam wawancara yang disiarkan pada hari Minggu. "Dalam beberapa hal, itu lebih menakutkan daripada apa pun yang saya pikir saya telah melihat sebagai Jaksa Agung".
Komentar Holder datang di tengah peningkatan keamanan penerbangan menuju ke Amerika Serikat.
Awal bulan ini, pemerintah AS mengumumkan langkah-langkah keamanan baru bagi penumpang pesawat dari Eropa dan Timur Tengah. Salah satu ukuran tersebut adalah bahwa smartphone dan perangkat elektronik harus dapat dihidupkan sebelum perjalanan.
System keamanan yang ketat dijalankan karena kekhawatiran bahwa militan yang terkait dengan Al-Qaeda sedang mengembangkan bahan peledak baru yang dapat menyelinap ke pesawat tak terdeteksi.
ABC mengutip sebuah sumber di Department of Homeland Security AS mengatakan ancaman yang ada adalah "berbeda dan lebih mengganggu daripada plot penerbangan terakhir".
Pada bulan November 2010, kelompok garis keras al-Qaeda yang berbasis di Yaman di Semenanjung Arab (AQAP), mengaku bertanggung jawab atas plot untuk mengirim bom paket ke Amerika Serikat.
Kelompok ini juga mengklaim telah menempatkan bom di atas kapal pesawat kargo UPS yang jatuh dua bulan sebelumnya di Teluk Dubai, membunuh dua pilot.
Pria yang diduga berada di balik plot adalah instruktur pembuat bom Al-Qaeda Ibrahim al-Asiri, saat ini diyakini bersembunyi di provinsi selatan yang bergolak Yaman.
Al-Asiri, seorang warga Saudi 32 tahun, mengkhususkan diri dalam merakit bahan peledak non-logam yang tidak terdeteksi, yang sering menggunakan Pentaerythritol tetranitrate, atau PETN, dan detonator kimia.
Presiden AS Barack Obama memperingatkan bulan lalu bahwa warga Eropa yang telah ditempat dengan kerasnya pertempuran dan menganut jihad di Suriah mengancam Amerika Serikat karena paspor mereka dapat dipakai untuk memasuki negara itu tanpa visa.
sumber: alarabiya
by: n3m0
Dalam sebuah wawancara dengan ABC News, Holder menyebut dugaan kerja sama antara ahli pembuat bom di Yaman dan kelompok jihadis yang berperang di perang sipil Suriah adalah "kombinasi yang mematikan."
ABC News mengutip sumber-sumber tak dikenal mengatakan tersangka bombmakers Yaman di Suriah menurut intelejen AS telah merancang bahan peledak cukup kecil untuk muat dalam sebuah komputer laptop.
"Saya pikir kita berada pada waktu yang berbahaya", kata Holder, mengacu pada meningkatnya hubungan dari para ahli dengan pengetahuan teknis dan "orang-orang yang memiliki semangat untuk memberikan hidup mereka".
"Ini adalah sesuatu yang memberi kita fakta benar-benar ekstrim, kekhawatiran ekstrim", tambahnya dalam wawancara yang disiarkan pada hari Minggu. "Dalam beberapa hal, itu lebih menakutkan daripada apa pun yang saya pikir saya telah melihat sebagai Jaksa Agung".
Komentar Holder datang di tengah peningkatan keamanan penerbangan menuju ke Amerika Serikat.
Awal bulan ini, pemerintah AS mengumumkan langkah-langkah keamanan baru bagi penumpang pesawat dari Eropa dan Timur Tengah. Salah satu ukuran tersebut adalah bahwa smartphone dan perangkat elektronik harus dapat dihidupkan sebelum perjalanan.
System keamanan yang ketat dijalankan karena kekhawatiran bahwa militan yang terkait dengan Al-Qaeda sedang mengembangkan bahan peledak baru yang dapat menyelinap ke pesawat tak terdeteksi.
ABC mengutip sebuah sumber di Department of Homeland Security AS mengatakan ancaman yang ada adalah "berbeda dan lebih mengganggu daripada plot penerbangan terakhir".
Pada bulan November 2010, kelompok garis keras al-Qaeda yang berbasis di Yaman di Semenanjung Arab (AQAP), mengaku bertanggung jawab atas plot untuk mengirim bom paket ke Amerika Serikat.
Kelompok ini juga mengklaim telah menempatkan bom di atas kapal pesawat kargo UPS yang jatuh dua bulan sebelumnya di Teluk Dubai, membunuh dua pilot.
Pria yang diduga berada di balik plot adalah instruktur pembuat bom Al-Qaeda Ibrahim al-Asiri, saat ini diyakini bersembunyi di provinsi selatan yang bergolak Yaman.
Al-Asiri, seorang warga Saudi 32 tahun, mengkhususkan diri dalam merakit bahan peledak non-logam yang tidak terdeteksi, yang sering menggunakan Pentaerythritol tetranitrate, atau PETN, dan detonator kimia.
Presiden AS Barack Obama memperingatkan bulan lalu bahwa warga Eropa yang telah ditempat dengan kerasnya pertempuran dan menganut jihad di Suriah mengancam Amerika Serikat karena paspor mereka dapat dipakai untuk memasuki negara itu tanpa visa.
sumber: alarabiya
by: n3m0
0 komentar:
Posting Komentar