wartaperang - Sebanyak 19 tentara dari pasukan pemerintah berubah kesetiaan dan bergabung dengan Mujahidin Imarah Islam di distrik Nazyan provinsi Nangarhar, Al-Imarah News melaporkan pada hari Selasa.
Penyerahan tersebut menyusul setelah panggilan untuk merekrut dan retensi komisi dari Dawat-wal-Irshad Imarah Islam. Mantan tentara menyerahkan senjata mereka kepada Mujahidin. Demikian juga, 3 milisi menyerahkan diri mereka kepada Mujahidin Imarah Islam di distrik Ghar spin provinsi, membawa dengan diri mereka sendiri 5 Kalashnikov dan 2 PK senapan mesin berat untuk Mujahidin.
Disisi lain, puluhan insiden terjadi dalam sehari saja. Selain pos-pos militer yang diserang, juga konvoi kendaraan-kendaraan yang disergap oleh mujahidin Imarah Islam. Puluhan orang tewas dan sepertinya tidak pernah dikabarkan oleh media mainstream mengingat banyaknya kejadian yang terjadi dalam setiap hari.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama berencana untuk tetap mengerahkan sebanyak 9.800 pasukan ke Afghanistan setelah 2014. Hal ini guna menjaga kestabilan Afghanistan dari aksi pemberontakan kelompok Taliban.
Dilansir dari kantor berita BBC, Selasa 27 Mei 2014, Obama memaparkan ribuan pasukan itu akan dikerahkan untuk menjaga Kedutaan Besar AS di Kabul, melatih tentara Afghanistan dan mendukung operasi anti teror. Demikian diungkapkan Obama di depan halaman Gedung Putih kepada media.
"Tahun ini, kami akan mengakhiri perang yang paling lama bagi Amerika," ujar Obama.
Presiden ke-45 AS itu kemudian memaparkan rencana pengerahan pasukan Negeri Paman Sam di Afghanistan.
"Di awal tahun 2015, AS akan mengerahkan sekitar 9.800 untuk menjaga keamanan di Afghanistan bersama dengan negara sekutu kami yang tergabung di NATO dan negara mitra kami lainnya," ujar Obama.
Dia melanjutkan, pada pertengahan 2015 Pemerintah AS akan mengurangi jumlah pasukan hingga separuhnya. Pasukan AS, ujar Obama, hanya akan difokuskan berada di Ibukota Kabul dan dekat dengan pangkalan militer Bagram.
"Setahun kemudian di tahun 2016, jumlah pasukan kami akan berada dalam jumlah normal untuk bisa menjaga kedubes di Kabul. Pasukan itu untuk menjaga konsistensi keamanan di komplek Kedubes seperti yang telah kami lakukan di Irak," papar Obama.
Walaupun nantinya pasukan AS ditarik pulang, kata Obama, masyarakat internasional akan terus memberikan dukungan bagi perbaikan situasi di Afghanistan. Hubungan kedua negara, menurut dia, bukan berdasarkan perang.
"Tetapi hubungan kedua negara terjalin dengan adanya dukungan diplomatik dan bantuan keuangan," kata dia.
Lagipula, hubungan AS dan Afghanistan, ujar Obama sudah berada di tahapan mitra strategis seperti yang telah disepakati pada 2012. Komitmen itu, kata Obama, masih tetap sama.
Dengan adanya pernyataan tersebut, mengindikasikan perang terbesar dalam sejarah Amerika akan berakhir ketika dia tidak lagi menjabat sebagai orang nomor satu di Negeri Paman Sam.
"Saya rasa warga Amerika telah memahami begitu sulit untuk mengakhiri perang dibandingkan memulainya. Inilah akhir dari perang di abad ke-21," ujar dia.
Sementara pasukan dari Kerajaan Inggris akan mulai meninggalkan Afghanistan di akhir 2014. Namun, rencana Obama untuk tetap menyiagakan ribuan pasukan AS di Afghanistan, masih terganjal restu dari Presiden Hamiz Karzai. Sebab, hingga saat ini, dia masih menolak untuk menandatangani kesepakatan keamanan bersama.
Tidak ada tahu secara jelas alasan Karzai menolak kesepakatan itu, namun menurut laman The Week, Karzai khawatir dengan cara penggeledahan rumah warga sipil yang dilakukan pasukan AS. Sebab, dalam aksi razia itu warga Afghanistan pernah terbunuh.
Sementara salah satu poin yang tercantum dalam kesepakatan itu, yakni pasukan AS menyerahkan operasi khusus untuk dapat merazai rumah warga pada malam hari. Kendati Karzai belum ingin meneken kesepakatan tersebut, tetapi Obama berharap pada dua calon presiden yang akan bertarung dalam pemilihan umum, Abdullah Abdullah dan Ashraf Ghani.
Pilpres Afghanistan putaran kedua dijadwalkan akan digelar pada 14 Juni. Mereka berdua telah sepakat untuk menandatangani kesepakatan itu segera.
Sebelumnya pada Minggu kemarin, Obama melakukan kunjungan kejutan ke pangkalan militer AS di Afghanistan yang menandai 13 tahun misi mereka di sana. Tiba di hangar Bagram, Obama mengindikasikan akan segera mengakhir perang Amerika di Afghanistan.
Menurut informasi dari Reuters, saat ini masih terdapat 33 ribu pasukan AS di Afghanistan. Jumlah itu sudah turun sebelumnya dari 100 ribu pada 2011.
Mereka dikerahkan di tanah Afghanistan oleh rezim kepemimpinan George W. Bush untuk menghancurkan sarang persembunyian kelompok Al-Qaeda setelah serangan teror 11 September 2001 terjadi.
sumber: shahamat, viva
Penyerahan tersebut menyusul setelah panggilan untuk merekrut dan retensi komisi dari Dawat-wal-Irshad Imarah Islam. Mantan tentara menyerahkan senjata mereka kepada Mujahidin. Demikian juga, 3 milisi menyerahkan diri mereka kepada Mujahidin Imarah Islam di distrik Ghar spin provinsi, membawa dengan diri mereka sendiri 5 Kalashnikov dan 2 PK senapan mesin berat untuk Mujahidin.
Disisi lain, puluhan insiden terjadi dalam sehari saja. Selain pos-pos militer yang diserang, juga konvoi kendaraan-kendaraan yang disergap oleh mujahidin Imarah Islam. Puluhan orang tewas dan sepertinya tidak pernah dikabarkan oleh media mainstream mengingat banyaknya kejadian yang terjadi dalam setiap hari.
Presiden Amerika Serikat Barack Obama berencana untuk tetap mengerahkan sebanyak 9.800 pasukan ke Afghanistan setelah 2014. Hal ini guna menjaga kestabilan Afghanistan dari aksi pemberontakan kelompok Taliban.
Dilansir dari kantor berita BBC, Selasa 27 Mei 2014, Obama memaparkan ribuan pasukan itu akan dikerahkan untuk menjaga Kedutaan Besar AS di Kabul, melatih tentara Afghanistan dan mendukung operasi anti teror. Demikian diungkapkan Obama di depan halaman Gedung Putih kepada media.
"Tahun ini, kami akan mengakhiri perang yang paling lama bagi Amerika," ujar Obama.
Presiden ke-45 AS itu kemudian memaparkan rencana pengerahan pasukan Negeri Paman Sam di Afghanistan.
"Di awal tahun 2015, AS akan mengerahkan sekitar 9.800 untuk menjaga keamanan di Afghanistan bersama dengan negara sekutu kami yang tergabung di NATO dan negara mitra kami lainnya," ujar Obama.
Dia melanjutkan, pada pertengahan 2015 Pemerintah AS akan mengurangi jumlah pasukan hingga separuhnya. Pasukan AS, ujar Obama, hanya akan difokuskan berada di Ibukota Kabul dan dekat dengan pangkalan militer Bagram.
"Setahun kemudian di tahun 2016, jumlah pasukan kami akan berada dalam jumlah normal untuk bisa menjaga kedubes di Kabul. Pasukan itu untuk menjaga konsistensi keamanan di komplek Kedubes seperti yang telah kami lakukan di Irak," papar Obama.
Walaupun nantinya pasukan AS ditarik pulang, kata Obama, masyarakat internasional akan terus memberikan dukungan bagi perbaikan situasi di Afghanistan. Hubungan kedua negara, menurut dia, bukan berdasarkan perang.
"Tetapi hubungan kedua negara terjalin dengan adanya dukungan diplomatik dan bantuan keuangan," kata dia.
Lagipula, hubungan AS dan Afghanistan, ujar Obama sudah berada di tahapan mitra strategis seperti yang telah disepakati pada 2012. Komitmen itu, kata Obama, masih tetap sama.
Dengan adanya pernyataan tersebut, mengindikasikan perang terbesar dalam sejarah Amerika akan berakhir ketika dia tidak lagi menjabat sebagai orang nomor satu di Negeri Paman Sam.
"Saya rasa warga Amerika telah memahami begitu sulit untuk mengakhiri perang dibandingkan memulainya. Inilah akhir dari perang di abad ke-21," ujar dia.
Sementara pasukan dari Kerajaan Inggris akan mulai meninggalkan Afghanistan di akhir 2014. Namun, rencana Obama untuk tetap menyiagakan ribuan pasukan AS di Afghanistan, masih terganjal restu dari Presiden Hamiz Karzai. Sebab, hingga saat ini, dia masih menolak untuk menandatangani kesepakatan keamanan bersama.
Tidak ada tahu secara jelas alasan Karzai menolak kesepakatan itu, namun menurut laman The Week, Karzai khawatir dengan cara penggeledahan rumah warga sipil yang dilakukan pasukan AS. Sebab, dalam aksi razia itu warga Afghanistan pernah terbunuh.
Sementara salah satu poin yang tercantum dalam kesepakatan itu, yakni pasukan AS menyerahkan operasi khusus untuk dapat merazai rumah warga pada malam hari. Kendati Karzai belum ingin meneken kesepakatan tersebut, tetapi Obama berharap pada dua calon presiden yang akan bertarung dalam pemilihan umum, Abdullah Abdullah dan Ashraf Ghani.
Pilpres Afghanistan putaran kedua dijadwalkan akan digelar pada 14 Juni. Mereka berdua telah sepakat untuk menandatangani kesepakatan itu segera.
Sebelumnya pada Minggu kemarin, Obama melakukan kunjungan kejutan ke pangkalan militer AS di Afghanistan yang menandai 13 tahun misi mereka di sana. Tiba di hangar Bagram, Obama mengindikasikan akan segera mengakhir perang Amerika di Afghanistan.
Menurut informasi dari Reuters, saat ini masih terdapat 33 ribu pasukan AS di Afghanistan. Jumlah itu sudah turun sebelumnya dari 100 ribu pada 2011.
Mereka dikerahkan di tanah Afghanistan oleh rezim kepemimpinan George W. Bush untuk menghancurkan sarang persembunyian kelompok Al-Qaeda setelah serangan teror 11 September 2001 terjadi.
sumber: shahamat, viva
0 komentar:
Posting Komentar