wartaperang - Perdana menteri Turki memperingatkan dengan keras pada hari Kamis bahwa ia akan menutup Twitter setelah sejumlah rekaman audio anonim diposting di media sosial yang berisi isu korupsi di lingkaran dalam pemerintahannya.
"Kami akan menutup Twitter. Aku tak peduli apa yang dikatakan masyarakat internasional", kata Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan dalam kampanye pemilu di provinsi barat dari Bursa.
"Mereka akan melihat kekuatan republik Turki itu" tambahnya.
Awal bulan ini, Erdogan memperingatkan bahwa pemerintahnya bisa melarang jaringan media sosial populer Facebook dan Youtube setelah pemilihan kepala daerah tanggal 30 Maret. Hal ini memicu kekhawatiran bagi AS.
Erdogan, pemimpin Turki yang kuat sejak tahun 2003, telah berada di bawah tekanan setelah rekaman audio yang diduga menunjukkan keterlibatannya dalam korupsi, dan lain-lain menggambarkan dia ikut campur dalam transaksi bisnis, kasus pengadilan dan liputan media.
Dia menolak sebagian besar dari rekaman sebagai rekaman "keji" dan palsu yang dibuat oleh para pesaingnya.
Pemerintah Erdogan telah diguncang oleh pemeriksaan korupsi besar-besaran yang diluncurkan pada bulan Desember dan menyebabkan puluhan orang ditangkap termasuk rekan dekat bisnis dan sekutu politik perdana menteri.
Pemerintahan Turki menuduh mantan teman dekat mereka yang sekarang jadi sekutu setia US - ulama Fethullah Gulen yang sekarang lagi diasingkan - berada di balik operasi penyelidikan korupsi yang diklaim telah menelelanjangi empat menteri kabinet.
Gulen namun telah membantah keterlibatan dia atas semua isu ini.
Turki baru-baru ini memperketat kontrol Internet dan mengatakan pihaknya ingin mempertahankan privasi.
Kritik yang mendera terhadap Erdogan saat ini mengatakan undang-undang yang baru adalah upaya lebih lanjut untuk menutup-nutupi tuduhan korupsi membanjiri media sosial dan situs berbagi video.
sumber: alarabiya
"Kami akan menutup Twitter. Aku tak peduli apa yang dikatakan masyarakat internasional", kata Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan dalam kampanye pemilu di provinsi barat dari Bursa.
"Mereka akan melihat kekuatan republik Turki itu" tambahnya.
Awal bulan ini, Erdogan memperingatkan bahwa pemerintahnya bisa melarang jaringan media sosial populer Facebook dan Youtube setelah pemilihan kepala daerah tanggal 30 Maret. Hal ini memicu kekhawatiran bagi AS.
Erdogan, pemimpin Turki yang kuat sejak tahun 2003, telah berada di bawah tekanan setelah rekaman audio yang diduga menunjukkan keterlibatannya dalam korupsi, dan lain-lain menggambarkan dia ikut campur dalam transaksi bisnis, kasus pengadilan dan liputan media.
Dia menolak sebagian besar dari rekaman sebagai rekaman "keji" dan palsu yang dibuat oleh para pesaingnya.
Pemerintah Erdogan telah diguncang oleh pemeriksaan korupsi besar-besaran yang diluncurkan pada bulan Desember dan menyebabkan puluhan orang ditangkap termasuk rekan dekat bisnis dan sekutu politik perdana menteri.
Pemerintahan Turki menuduh mantan teman dekat mereka yang sekarang jadi sekutu setia US - ulama Fethullah Gulen yang sekarang lagi diasingkan - berada di balik operasi penyelidikan korupsi yang diklaim telah menelelanjangi empat menteri kabinet.
Gulen namun telah membantah keterlibatan dia atas semua isu ini.
Turki baru-baru ini memperketat kontrol Internet dan mengatakan pihaknya ingin mempertahankan privasi.
Kritik yang mendera terhadap Erdogan saat ini mengatakan undang-undang yang baru adalah upaya lebih lanjut untuk menutup-nutupi tuduhan korupsi membanjiri media sosial dan situs berbagi video.
sumber: alarabiya
0 komentar:
Posting Komentar