wartaperang - Arab Saudi pada hari Jumat menetapkan Ikhwanul Muslimin sebagai organisasi teroris, bersama dengan tiga kelompok-kelompok Islam yang berbasis di Timur Tengah lainnya, Al Arabiya News Channel melaporkan mengutip dari sebuah dekrit kerajaan.
http://forticeoffice.com/ .adv - Didalam daftar terorisme Saudi juga termasuk gerakan Syiah Hizbullah dan kelompok-kelompok militan yang berbasis di Suriah seperti Negara Islam Irak dan Suriah ( ISIS ) dan terkait Al-Qaeda yaitu Front al-Nusra.
Ratusan pejuang Saudi diyakini telah bergabung dengan ISIS dan al-Nusra di Suriah.
Keputusan kerajaan memberikan ultimatum kepada warganya yang berada di Suriah dalam waktu 15 hari untuk kembali ke rumah. Deklarasi tersebut dikeluarkan setelah Raja Abdullah mengumumkan pada 3 Februari hukuman berat untuk kegiatan yang dianggap sebagai terorisme.
Keputusan kerajaan juga akan memberikan hukuman bagi warga negara yang mendukung dan bersimpati dengan kelompok-kelompok tersebut baik "melalui pembicaraan atau tulisan".
Abdel Latif al-Sheikh, kepala polisi agama Saudi, mengatakan bahwa Ikhwanul Muslimin, Hizbullah, ISIS dan al-Nusra Front dilarang di Arab Saudi karena "mereka memerintah dari luar untuk melayani tujuan-tujuan politik".
" Mereka adalah kelompok yang melawan Muslim moderat dan menyebabkan masalah di seluruh dunia. Mereka telah bertentangan terhadap prinsip-prinsip Islam dan telah memberikan kesan negatif tentang Muslim di Barat", kata Sheikh.
Anggota Dewan Syura Zuhair al-Harethi menggambarkan larangan ini sebagai tanda tekad kerajaan "untuk memerangi terorisme".
"Arab Saudi tidak akan membiarkan setiap upaya untuk mengganggu stabilitas negara", katanya.
Hartehi mengatakan beberapa ulama telah mengeluarkan fatwa yang mendorong pemuda Saudi untuk terlibat di daerah konflik.
"Fatwa tersebut telah merusak reputasi Islam dan telah mempengaruhi citra Arab Saudi di depan masyarakat internasional", katanya.
sumber:alarabiya
http://forticeoffice.com/ .adv - Didalam daftar terorisme Saudi juga termasuk gerakan Syiah Hizbullah dan kelompok-kelompok militan yang berbasis di Suriah seperti Negara Islam Irak dan Suriah ( ISIS ) dan terkait Al-Qaeda yaitu Front al-Nusra.
Ratusan pejuang Saudi diyakini telah bergabung dengan ISIS dan al-Nusra di Suriah.
Keputusan kerajaan memberikan ultimatum kepada warganya yang berada di Suriah dalam waktu 15 hari untuk kembali ke rumah. Deklarasi tersebut dikeluarkan setelah Raja Abdullah mengumumkan pada 3 Februari hukuman berat untuk kegiatan yang dianggap sebagai terorisme.
Kriminalisasi
Berdasarkan keputusan sebelumnya, warga Saudi yang berperang di luar negeri menghadapi ancaman hukuman hingga 20 tahun penjara. Hukuman serupa juga akan diterapkan pada "agama dan ideologi kelompok-kelompok ekstremis, atau yang diklasifikasikan sebagai kelompok teroris, di dalam negeri, regional maupun internasional", kata kantor berita negara SPA melaporkan.Keputusan kerajaan juga akan memberikan hukuman bagi warga negara yang mendukung dan bersimpati dengan kelompok-kelompok tersebut baik "melalui pembicaraan atau tulisan".
Abdel Latif al-Sheikh, kepala polisi agama Saudi, mengatakan bahwa Ikhwanul Muslimin, Hizbullah, ISIS dan al-Nusra Front dilarang di Arab Saudi karena "mereka memerintah dari luar untuk melayani tujuan-tujuan politik".
" Mereka adalah kelompok yang melawan Muslim moderat dan menyebabkan masalah di seluruh dunia. Mereka telah bertentangan terhadap prinsip-prinsip Islam dan telah memberikan kesan negatif tentang Muslim di Barat", kata Sheikh.
Lama Tertunda
Mohammad Zulfa, anggota Dewan Syura, menggambarkan keputusan itu sebagai keputusan yang terlambat. "Kami salah ketika kita membuka pintu sekolah dan universitas-universitas kita kepada orang asing yang mengizinkan ide-ide tersebut untuk mencapai generasi muda kita", tambahnya. "Kami, sayangnya menyadari bahwa hal itu sudah terlambat", kata Zulfa.Anggota Dewan Syura Zuhair al-Harethi menggambarkan larangan ini sebagai tanda tekad kerajaan "untuk memerangi terorisme".
"Arab Saudi tidak akan membiarkan setiap upaya untuk mengganggu stabilitas negara", katanya.
Hartehi mengatakan beberapa ulama telah mengeluarkan fatwa yang mendorong pemuda Saudi untuk terlibat di daerah konflik.
"Fatwa tersebut telah merusak reputasi Islam dan telah mempengaruhi citra Arab Saudi di depan masyarakat internasional", katanya.
sumber:alarabiya
0 komentar:
Posting Komentar