Koalisi Oposisi Nasional Suriah mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka tidak akan berpartisipasi dalam pembicaraan damai yang disponsori Rusia - AS, sementara rezim melakukan pembantaian di Suriah.
Keputusan ini diambil setelah diskusi yang panjang selama hampir satu minggu lamanya dengan di awasi oleh para pengamat dari negara-negara pendukung oposisi Suriah.
http://forticeoffice.com/ .adv - Koalisi Nasional mengalami kesulitan sebelumnya untuk menentukan komposisi yang tepat untuk dikirimkan dalam pembicaraan damai di Jenewa bulan Juni ini. Kesulitan itu terjadi ketika kubu Islamist dan Liberal berseteru mengenai jumlah perwakilan dari masing-masing kelompok mereka.
Disisi lain, AS juga memberikan tekanan agar delegasi yang dikirimkan supaya seminimal mungkin melibatkan Islam garis keras seperti dari Muslim Brotherhood/Ikhwanul Muslimin.
Sebelumnya, dari pihak pemerintah Suriah juga menegaskan bila apapun keputusan yang dicapai di konferensi damai di Jenewa nanti harus tetap dibawa ke referendum di dalam negeri Suriah, dan mereka pun menegaskan bila Assad tidak akan mundur dari kursi kepresidenan. Padahal hal inilah yang menjadi tentangan dari pihak oposisi.
AS baru saja memberikan seruan kepada Hizbullah agar menarik mundur pasukannya dan juga telah memberikan tekanan secara langsung kepada presiden Lebanon. Namun dengan pergerakan terkini dari Hizbullah sudah jelas bila mereka tidak memandang AS sama sekali.
AS dengan kondisi ekonomi dalam negeri yang morat-marit berusaha menghindari ikut campur secara militer langsung terhadap konflik Suriah ini mengingat dana yang akan dikucurkan tentu akan sangat besar. Dengan kondisi ini, AS beberapa kali mengulur-ngulur waktu walaupun pemerintah Suriah telah beberapa kali melakukan pelanggaran kemanusiaan misalnya seperti penggunaan senjata kimia.
Dengan semakin derasnya aliran senjata, bantuan militer dan personel dari sukutu Assad seperti Iran, Rusia dan Hizbullah ke Suriah, seiring dengan mengalirnya senjata dari Uni Eropa terhadap oposisi juga campur tangan Israel di wilayah, sudah terbayang bila beberapa hari kedepan ini Suriah akang menghadapi pertempuran lebih dahsyat lagi.
sumber: dari berbagai sumber
Keputusan ini diambil setelah diskusi yang panjang selama hampir satu minggu lamanya dengan di awasi oleh para pengamat dari negara-negara pendukung oposisi Suriah.
http://forticeoffice.com/ .adv - Koalisi Nasional mengalami kesulitan sebelumnya untuk menentukan komposisi yang tepat untuk dikirimkan dalam pembicaraan damai di Jenewa bulan Juni ini. Kesulitan itu terjadi ketika kubu Islamist dan Liberal berseteru mengenai jumlah perwakilan dari masing-masing kelompok mereka.
Disisi lain, AS juga memberikan tekanan agar delegasi yang dikirimkan supaya seminimal mungkin melibatkan Islam garis keras seperti dari Muslim Brotherhood/Ikhwanul Muslimin.
Sebelumnya, dari pihak pemerintah Suriah juga menegaskan bila apapun keputusan yang dicapai di konferensi damai di Jenewa nanti harus tetap dibawa ke referendum di dalam negeri Suriah, dan mereka pun menegaskan bila Assad tidak akan mundur dari kursi kepresidenan. Padahal hal inilah yang menjadi tentangan dari pihak oposisi.
Tentara Hizbullah Mengalir ke Suriah
Sementara itu, tentara Hizbullah yang sebelumnya aktif secara terang-terangan di kota-kota Damaskus, Homs dan Qusayr, baru-baru ini menurut intelejen dari Israel telah kembali mengirimkan ribuan tentaranya untuk dikirimkan ke kota lain di Suriah yaitu Deera.AS baru saja memberikan seruan kepada Hizbullah agar menarik mundur pasukannya dan juga telah memberikan tekanan secara langsung kepada presiden Lebanon. Namun dengan pergerakan terkini dari Hizbullah sudah jelas bila mereka tidak memandang AS sama sekali.
AS dengan kondisi ekonomi dalam negeri yang morat-marit berusaha menghindari ikut campur secara militer langsung terhadap konflik Suriah ini mengingat dana yang akan dikucurkan tentu akan sangat besar. Dengan kondisi ini, AS beberapa kali mengulur-ngulur waktu walaupun pemerintah Suriah telah beberapa kali melakukan pelanggaran kemanusiaan misalnya seperti penggunaan senjata kimia.
Dengan semakin derasnya aliran senjata, bantuan militer dan personel dari sukutu Assad seperti Iran, Rusia dan Hizbullah ke Suriah, seiring dengan mengalirnya senjata dari Uni Eropa terhadap oposisi juga campur tangan Israel di wilayah, sudah terbayang bila beberapa hari kedepan ini Suriah akang menghadapi pertempuran lebih dahsyat lagi.
sumber: dari berbagai sumber
0 komentar:
Posting Komentar